Cerpen Cinta,Persahabatan, Kesetiaan

Happy Reading


Takdir Yang Menyatukan Cinta
Salju turun dengan indahnya di bumi Amerika. Menemani gadis cantik berjilbab yang tinggal disana seorang diri. Sebuah negara dengan minoritas muslim membuatnya harus berhati hati dengan lingkungan yang ada.
(Tok tok tok)
"Ada orang di dalam ?"
Gadis itu membuka pintu, ia melihat seorang wanita berambut pirang yang terlihat habis menangis. Matanya sembab,  ada bekas airmata dipipinya. Dia masuk dengan tertatih ke kamar gadis itu. Kakinya lemas dan dirinya tidak bisa menahan air mata lagi. Wanita itu memeluknya dengan erat. Air mata tak terelakkan lagi.
"Ada apa Keyna, apakah kamu baik-baik saja ?" Tanyanya dengan lembut
"Maafkan aku , aku salah,  kau benar dia memang bukan yang terbaik Anna maafkan aku."
"Tak apa Keyna, ini bukan kesalahanmu." Kata Anna sambil terisak
"Anna, bolehkah aku tidur di apartementmu malam ini ? Kumohon"
"Tidurlah Keyna, kau butuh istirahat sekarang."
Wanita yang bernama Keyna tidur terlelap di tampat tidur berukuran Queen Bed milik Anna, Keyna memang menguasai 5 bahasa asing termasuk Indonesia. Karena, orang tuanya sering berpindah-pindah dari negara satu ke Negara yang lain.  Melihat Keyna yang seperti ini, Anna tertegun dan teringat alasan mengapa ia pergi ke negeri paman sam 2 tahun yang lalu.
***
Seorang gadis cantik dengan rambut hitam legam duduk di sebuah ayunan tua di tepi danau. Menunggu sebuah janji yang belum ditepati. Kekasihnya pergi ke Kairo atas permintaan kakeknya. Kekasih gadis itu adalah seorang anak yatim piatu yang dirawat kakeknya sejak kecil. Suara jangkrik mulai terdengar nyaring saut menyaut. Desiran angin malam semakin menembus kulitnya yang hanya terlapisi sweater tipis pemberian kekasihnya. 3 tahun sudah waktu yang ia lewatkan untuk menunggu hari itu tiba, hari di mana pernikahan itu akan digelar di danau ini. Lamaran 3 tahun lalu membuat gadis itu menangis dengan hanya memikirkannya saja.
"Aku menunggumu di sini Ilham, aku tak pernah lelah menunggumu hingga petang. Aku tak sabar menunggu pesta pernikahan kita." Ucap gadis itu pelan. Ia pulang sesudah adzan maghrib dan menuju ke sebuah masjid di jalan sebelum rumahnya. Mengambil wudhu dan sholat mungkin akan merilekskanku pikirnya.
"Ya Allah, aku menyerahkan semua kepadamu. Aku pasrah ya Allah. Bila dia memang jodohku, maka ia akan kembali padaku. Aku hanya bisa berhusnudzan kepadamu ya rob." Do'anya diakhir sholat
Udara segar menyeruak di pagi hari. Hari ini adalah hari  kepulangan kekasihnya dari Kairo, sebuah penantian yang sangat berat bagi gadis berusia 20 tahun yang menjalani hubungan jarak jauh akhirnya terobati. Ia sudah menunggu di taman sejak 20 menit yang lalu. Tapi yang dia tunggu belum juga datang, dia dengan sabar menunggu kekasihnya datang. Langit hampir gelap, langit jingga makin menghiasi pemandangan danau yang indah.
"Assalamualaikum Anna  ?." Ucap seorang pria tampan
Suara itu, gadis itu mengenal suaranya, tanpa banyak berfikir ia menghambur ke pelukan kekasihnya.
"Waalaikumsalam Ilham, aku merindukanmu, sangat."Ucap Anna menitihkan air mata
"Ilham, kenapa kau melepas pelukanmu ? Aku masih sangat merindukanmu."
"Maafkan aku Anna, kita harus mengakhiri hubungan ini. Sebelum semuanya terlambat."
"Kenapa Ilham. Kenapa ? Kau sudah mendapat gadis di Kairo yang lebih cantik dariku. Dan kau mencintainya. Katakan padaku Ilham katakan."
"Anna, maafkan aku tapi Kakekku sudah menta'arufkan diriku dengan wanita pilihannya namanya Allena" kata Pria yang bernama Ilham itu
"Tapi bagaimana rencana pernikahan kita, kau melupakannya begitu saja ? Apa kau benar-benar telah melupakanku dan mencintai perempuan itu Ilham ?"
"Maafkan aku Anna, aku harus pergi ke Dubai hari ini. Hari pernikahanku seminggu lagi. Datanglah jika kau ada waktu."
"Ilham, bolehkah aku meminta satu permintaan darimu ?"
Anna langsung menghambur ke pelukan lelaki itu . Pelukan itu membuat kedua insan itu menitihkan air mata. Pernikahan itu bukan pilihannya, kakeknyalah yang menginginkan hal itu dan Ilham tidak bisa menolak permintaan kakeknya.
Aku mencintaimu Anna, sangat. Ucap Ilham dalam hati
Kepergian Ilham ke Dubai, membuat keadaan Anna kacau. Ia tidak mau makan dan keluar kamar, waktunya ia habiskan untuk menangis di balik selimut tebal miliknya. Ia tidak bisa tidur, ketika mencoba tidur ia selalu terbayang kisah indah yang ia lewati bersama Ilham dan langsung  membuatnya histeris. Orang tuanya tidak tega jika membiarkannya seperti ini, ia bisa gila. Dokter pribadi keluarga itu merekomendasikan untuk membawanya ke Amerika untuk menemui seorang dokter muda tamatan terbaik Oxford University.
Tak butuh waktu lama, Anna sudah ada di Amerika. Ia bertemu dengan Dokter rekomendasi itu yang bernama Dokter Abra. Seorang Dokter muda yang mendapat gelar S2 diusia 24 tahun, ia tampan, mapan, dan baik. Siapapun mereka yang melihat Dokter Abra pasti langsung jatuh hati dengan pria perpaduan German Indo itu.
Pertemuan pertama Anna dengan Dokter Abra memang tidak berjalan baik. Anna hanya bisa diam seribu bahasa, sedang Dokter Abra berpikir apa yang ada dipikiran kliennya ini. Dia begitu cantik dan terlihat berpendidikan kenapa hal ini bisa terjadi padanya. Profesor Michael dokter pribadi keluarga Anna juga tidak memberi tahu apa penyebabnya.
"Anna, bisakah kau mendengar ucapanku ?" Ucap Dokter Abra membuka pembicaraan
Dokter Abra memang bisa memahami bahkan menguasai 5 bahasa asing. Termasuk bahasa dimana ia dilahirkan yaitu Indonesia.
"Tolong, jangan tinggalkan aku Ilham aku sangat mencintaimu. Sangat" Anna mulai histeris lagi, Ia sangat mencintai pria itu dia adalah cinta pertamanya dan ia ingin Ilham menjadi cinta terakhirnya.
Dokter Abra langsung menyuntikkan obat penenang agar Anna tenang dan tertidur. Kau sangat cantik dan lugu Anna, sama seperti dulu ucapnya dalam hati
Sinar mentari menyeruak di sela sela jendela NYU Langone Medical Center Hospital  New York. Anna mengerjapkan mata karena sinar mentari menyilaukan matanya, 6 bulan sudah ia menjalani terapi sikis. Ia menjadi lebih sehat dari kondisi sebelumnya, hubungannya dengan Dokter Abra terlihat makin akrab. Hingga seminggu kemudian Anna diperbolehkan pulang dan memulai lembaran baru hidupnya. Dengan bantuan Dokter Abra Anna mendapat sebuah Apartement dan dapat berkuliah di salah satu Universitas favorit. Anna memang belum mau pulang ke tanah air, ia takut jika ia kembali Anna akan bertemu lagi dengan Ilham dan istrinya yang mungkin sedang mengandung buah hati mereka.
"Kamu kuat Anna. Lupakan Ilham, dia sudah menjadi milik orang lain. Jangan egois Anna." Ucap Anna menguatkan diri
Membaca buku seharian di Apartement membuat Anna sedikit bosan. Ia menerima  ajakan Dokter Abra untuk menikmati secangkir kopi di Green Cafe. Anna harus mengenakan mantel tebal kesayangannya agar udara luar tidak sampai menembus kulitnya.
"Maaf, aku datang terlambat. Udara di luar sangat dingin, aku sedikit kesulitan memanggil taxi." Ucap Anna sedikit takut jika Dokter Abra kecewa
"Tak apa duduklah."
"Terima kasih dokter."
"Jangan panggil aku dokter. Kau bukan pasienku lagi Anna. Panggil aku Abra, umur kita hanya selisih 4 tahun kan ?"
"Iya dokter, eh maksudku Ab..bra."
"Kau mau pesan apa ?"
"Hot Chocholate."
"Baiklah akan aku pesankan." Memanggil waitress
"Thanks ya Abra, kamu udah mau dengan sabar nolongin aku."
"Itu sudah menjadi tugasku. Hmmm Anna, jika suatu hari nanti ada seorang pria yang ingin menjadikanmu pendamping hidup bagaimana."
Anna yang mendengar ucapan Abra tersedak dengan minumannya. Sebenarnya ia belum bisa melupakan Ilham sepenuhnya, Ilham telah menjadi salah satu bagian terpenting dihidupnya.
"Entahlah Abra, aku masih ingin fokus kuliah dulu. Aku ada kelas sejam lagi aku harus pergi. Assalamualaikum."
Aku tahu kau masih belum bisa melupakan Ilham, Anna. Dengan sabar, aku akan menunggumu megatakan Ya. Ucap Abra dalam Hati
Anna tergesa gesa memasuki kelas nya. Hari ini kelas Mr.  Killer dosen paling disegani di universitas ini.  Sangat sial baginya karena kelasnya berada di ujung koridor. Ah batinnya . Ia menabrak seorang siswi berambut pirang yang terlihat anggun dengan dress selututnya.
"Sorry. " ucap gadis itu
"No problem , I am wrong too. " ucap Anna menimpali
"My name is Keyna.  What's your name? "
"My name is Anna.  Oh no,  sorry I have class.  I already late.  Bye. "
Anna makin terburu buru menuju kelasnya. Ia berlari dan mencoba mengetuk pintu.
"Excusme sir."
"Who is that?" ucap Mr. Killer penuh selidik
"I am Anna. " ucap Anna sedikit takut
"Miss. Anna,  come here."
Anna dipanggil menghadap Mr. Killer. Yah, skripsiku tertunda lagi Batinnya. "Jika kau ingin segala urusanmu diperlancar,  ingatlah Allah. " gambaran itu terbayang lagi dipikiran Anna. orang yang ingin ia lupakan selama 6 Bulan ini kembali terlintas dipikiran Anna lagi. Aku harus menemui Abra. Pikirku.
***
Seorang pria tampan menghadap sebuah danau  meminta secercah harapan agar gadisnya kembali. 6 Bulan ini ia habiskan hanya untuk mengingat memori memori indahnya bersama kekasih.
"Aku cukup bodoh, karena tidak menahanmu saat itu." rintihnya
Setetes air menghuni pelupuk matanya dan mengalir di pipinya. Kembalilah, kumohon dimanapun kau berada kembalilah, Batin pria itu dalam tangisnya.
 "Jika kau memang percaya pada NYA , maka jangan pernah mengeluh pada apapun, dan jangan pernah tangisi apa yang telah hilang dan terlepas meski itu adalah hal yang terberat sekalipun, Berjanjilah padaku." ucap seorang gadis dengan tulus
Terlintas kembali gambaran saat gadisnya baru saja masuk Islam di sebuah masjid besar di kota itu. Lelaki itu jatuh Cinta pada kata-kata gadis itu, ini bukan pertama kalinya mereka bertemu, mereka bersahabat sejak kecil. Dia tidak bisa mengutarakan isi hatinya, karena sahabatnya juga menyukai gadis itu bahkan lebih dulu. Tapi, beberapa Bulan kemudian, ketika hari lahir gadis itu tiba. Sahabatnya meninggalkankannya dengan pergi ke LA. Menempuh pendidikan untuk menggapai cita citanya. Gadis itu menangis ketika sahabat yang sudah ia anggap sebagai kakak itu pergi meninggalkannya di ulangtahun ke 17 nya. Lelaki itu mencoba untuk memantabkan hatinya, kau mencintainya Ilham, kau mencintainya, Batinnya. Lelaki yang bernama Ilham itupun langsung bangkit dari duduknya naik ke atas panggung, menyanyikan sebuah lagu romantis yang ia ciptakan sendiri. Sebuah lagu yang mewakili isi hatinya. Pendirian gadis itu runtuh, hujan di pelupuk matanya tak terbendung lagi. Lelaki yang bisa menuntunnya sampai di posisinya saat ini, mengenalkannya pada agama, ia mencintai nya. Ilham mendekati gadis itu dan berlutut menyamai posisinya yang terduduk lemas .
"Anna Anexia, maukah kamu menjadi pendampingku di dunia dan akhirat, maukah kamu menjadi ibu dari anak-anak kita kelak.  Menjadi patner hidupku sekarang dan selamanya?" ucap Ilham dalam satu tarikan nafas.
Semua yang mendengar ucapan Ilham tertegun dan terkesima. Dia berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia akan melindungi dan selalu ada di samping Anna sampai kapanpun. Danau Everdille menjadi saksi bisu Cinta mereka berdua.
Ilham tersadar dari lamunannya ketika kakeknya datang.
"Kenapa kau tidak memberi tahu kakek jika kau sudah memiliki tambatan hati Ilham. Jika waktu itu kau mengatakannya mungkin kau tidak akan seperti ini,  terbaring lemah tak berdaya di rumah sakit. Jika waktu itu Allena tidak mengatakan bahwa ia memiliki pilihannya sendiri. Apa yang akan terjadi nak?  Kakek sangat berdosa jika membiarkan 2 kehidupan di korbankan hidup tanpa ikatan Cinta. Kakek tidak tahu apa yang akan kakek katakan pada ayah ibumu nanti. Kakek tidak pernah mengerti dirimu nak. Maafkan kakek. " bulir air lepas dari ujung mata kakek dan Ilham
Ilham tahu,  sejak awal ia yang salah, jika waktu itu ia jujur sekali saja keadaannya tidak akan seperti ini.
***
Keputusannya sudah matang,  ia ingin berhijrah. Menjadi seorang wanita yang sholihah dan mandiri seperti impiannya selama ini.
"That is nice Anna." ucap Keyna memuji Anna setelah ia bangun dari tidurnya
"Thanks Key." kata Anna menimpali
Semalam, Keyna sangat hancur,  hingga tidak ia sadari perubahan pada sahabatnya Anna. Anna bangga bisa menggunakannya,  menggunakan hijab adalah impiannnya sejak ia dan keluarganya memutuskan untuk masuk Islam 5 tahun yang lalu. Ia merindukan ibunya dan juga keluarganya. Sejak 2 tahun lalu ia meninggalkan tanah air,  dia belum pernah menghubungi keluarganya,  apalagi untuk kembali pulang ke tanah air. Akan berbahaya jika sampai ia bertemu dengan Ilham dan istrinya.
Hari ini Abra dan Anna memiliki janji untuk bertemu di Green Cafe dekat kampusnya. Anna ingin mencurahkan isi hatinya pada psikolog sekaligus sahabatnya saat ini.
"Abra, aku merindukan ibuku. Tapi aku tidak memiliki keberanian untuk mengabarinya Abra, aku takut." ucap Anna lembut
"Apa yang kau takutkan?  Cinta masa lalumu. Dia sudah memiliki kehidupannya sendiri, untuk apalagi kau memikirkannya seperti ini. Tidak ada gunanya Anna. Hubungi Ibumu, dia pasti sangat merindukanmu dan mengkhawatirkanmu." kata Abra sedikit emosional ketika Anna teringat pada Ilham.
Abra sangat mencintainya, tapi sekarang hatinya bukan milik Abra lagi, dan lagi ada satu tembok kokoh yang berdiri di antara Abra dan Anna, Yaitu agama mereka. Tapi, bukan Abra namanya jika ia tidak berusaha terlebih dahulu. Masalah hasil,  ia pasrahkan pada yang diatas.
"Aku,  akan pergi, Hubungi Ibumu.  Nanti malam,  aku akan mengajakmu ke sebuah tempat. " ucap Abra tegas
"Tapi, Abra."
"Tidak ada penolakan."
Anna memikirkan apa yang Abra katakan di cafe tadi, menghubungi ibunya bukanlah suatu kesalahan yang harus ditakuti. Anna mengambil telepon pintar miliknya dan menekan nomor telepon ibunya.
"Assalamualaikum, ibu?" ucap Anna gemetar menahan tangisnya
"Apakah ini dirimu nak, Putri kecil ibu Anna? Bagaimana kabarmu di sana ? Ibu merindukanmu sayang." ucap ibunya disebrang sana
"Anna baik baik saja ibu,  alhamdulillah. Dan lagi Anna sudah berhijab bu, Allah membimbing Anna ke jalan yang lebih baik lagi." katanya dalam tangis
"Syukurlah Anna,  kau sudah lebih dewasa sekarang. Anna, kapan kau pulang nak ?" tanya ibunya
"Belum saat ini bu,  tapi aku akan memberanikan diriku untuk pulang." jawab Anna
"Dia sakit Anna, dia terbaring di Rumah Sakit, Anna dia sangat mencintaimu nak."
Ucap ibunya.
"Siapa ibu, siapa yang sakit." tanya nya tapi tiba tiba telepon terputus.
Anna bingung, siapa yang ibunya maksud tadi. Apa yang sebenarnya terjadi di sana ? Ya Allah apapun yang terjadi di sana lindungilah mereka semua ya Allah, Do'a Anna dalam hati.
Malam ini Abra akan menjemputnya, ke sebuah tempat yang Indah, katanya. Kemana Abra akan membawaku pikirku di dalam mobil. Anna tidak berani menanyakan pada Abra, mau dibawa kemana dia. Ia hanya takut jika ia bertanya Abra akan kecewa. Mobil terhenti di sebuah gereja, Anna tahu gereja apa itu. Gereja Katedral St. Patrick New York.
Anna kecil sedang bermain masak masakan. Seorang anak laki laki datang menghampirinya dengan tergopoh gopoh, membawa segulung majalah yang ia genggam di tangan kanannya.
"Xia, aku sudah membawanya dan maaf aku datang terlambat." ucapnya sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal
"Kau tau baba, aku sudah menunggu lama sekali. Untung saja ada Ilham yang mau menemaniku." kata Xia sambil memalingkan mukanya.
"Maafkan aku Xia, lihat ini. Aku membawakanmu apa. " menyodorkan majalah dengan cover sebuah gereja Indah
"Gereja Katedral St. Patrick di New York. Wahh, aku ingin sekali ke sana. Kau janji ya Baba, jika kita sudah besar nanti kau akan mengajakku pergi ke sana. " ucap Xia sambil menunjukkan kelingkingnya
"Janji." ucap anak lelaki itu sambil menautkan kelingking nya
Anna tidak sadar, jika dokter yang menolongnya, menjadi sahabatnya, mempermudah hidupnya selama di Amerika ini adalah Baba, sahabat masa kecilnya. Abra menepati janjinya dengan membawa Anna ke tempat ini. Gereja Katedral St. Patrick New York. Mungkin ini tidak berpengaruh banyak pada hati Anna. Tapi ia hanya ingin menepati janji kecilnya. Kehidupan Anna dan dirinya sewaktu kecil  dengan sekarang sudah berbeda. Abra tahu Anna bukan takdirnya, jika Bukan menjadi pendampingku, maka dia akan menjadi adik untukku. Ucapnya dalam diam
Air matanya menetes, mengalir ke pipinya. Ia memandang gereja impiannya dulu. Tapi semua sudah berbeda, keyakinan mereka sudah tak sama.
"Aku sudah menepati janjiku Anna Anexia. Dan mungkin ini akan menjadi kunjungan terakhirku di gereja." ucap Abra
Anna tidak menjawab pernyataan Abra, senyuman itu memudar. Anna memegangi perut bagian kanannya yang terasa sangat sakit. Anna mulai terbatuk-batuk dan sulit bernafas. Ia batuk darah, dan pingsan. Abra dengan cemas membawannya ke Rumah Sakit, ia takut apa yang di khawatirkan nya terjadi. Anna di bawa ke UGD  NYU  Langone Medical Center Hospital New York. Sebelum masuk UGD, Anna berpesan untuk tidak mengabarkan hal ini pada orang tuanya karena bisa membuat cemas dan khawatir. Abra bingung apa yang harus ia lakukan,  menghubungi Ilham, ya itu ide yang Bagus. Batinnya
"Assalamualaikum, Ilham dia butuh bantuanmu."ucap Abra sedikit gemetar
"Siapa ? Katakan Abra."
"Anna. "
"Di mana kalian,  aku akan kesana. "
"NYU Langone Medical Center Hospital New York. "
"Aku akan kesana dengan penerbangan pertama. Jaga dia. "
***
Salju menyelimuti kota New York. Seakan memberi waktu baginya untuk berhibernasi, alat-alat itu seakan membuatnya seperti robot yang tertidur menunggu baterainya terisi penuh. Suara mesin itu membuat seisi ruangan menjadi hening. Kaca jendela itulah yang menjadi saksi kebisuannya.
"Kau masih ingin tidur ? Berapa lama lagi. Seminggu, dua minggu aku akan Setia menunggumu. " ucap seorang pria yang duduk di atas sebuah kursi roda.
Melihat pemandangan melalui celah kaca yang ada di depan matanya. Ia merindukan mata indahnya menatapnya dengan tatapan penuh Cinta. Tapi, mata itu hanya bisa terpejam,  seakan merasa itu adalah keadaan yang paling nyaman. Sebuah tangan meraba kaca yang mengarah ke ranjang pasien.
"Dia sangat cantik, meski dia sedang terpejam. Kau tau, dia sangat mencintaimu,  apa kau juga tahu kepergianku yang mendadak 8 tahun yang lalu.  Itu karena aku ingin dia bahagia. She is my first love. Tapi, apa yang kau lakukan meninggalkannya dengan keadaan sedemikian rupa, dia sangat ringkih kau sentuh sedikit saja ia akan patah. Kau sungguh tak pantas dicintai Ilham."
"Aku tahu aku salah, beri aku kesempatan untuk memperbaiki semuanya."
"Semoga kau memiliki waktu untuk memperbaikinya. Semoga." ucapnya meninggalkan Ilham sendiri
Badannya bergetar hebat. Mesin mesin itu berbunyi memperiuh suasana, orang orang berbaju putih panik memasuki ruangan itu, dia butuh donor segera. Ucap salah satu orang diantara mereka
Dokter Victoria memberi tahu keadaanya. Keyna, Ilham dan Abra bingung tak tahu harus berbuat apa. Donor ginjal di rumah sakit itu untuk golongan AB sedang kosong. Jika harus menunggu orangtua Anna datang itu membutuhkan waktu lama, karena cuaca di luar begitu tak mendukung. Dalam 24 jam, pasien harus mendapat donor, karena kedua ginjalnya tidak bisa dipakai lagi. Abra tidak bisa berpikir lagi,  ia berpesan pada Ilham untuk menjaga Anna. Abra berlari menuju Ruang Dr. Victoria.
"Victoria, aku ingin menyumbangkan ginjalku untuknya."
"Apa maksudmu Abra, kau ingin membunuh dirimu sendiri?"
"Kau kenal diriku sejak lama Victoria, aku menyayanginya. Lebih dari diriku sendiri. "
"Apa kau ingin menebus kesalahanmu 3 tahun lalu, Abra. "
***
New York sedang dilanda musim salju. Pohon Cemara berhiaskan lampu terpajang disetiap rumah, menandakan sedang ada sebuah peringatan, Peringatan Natal. Toko -toko mainan dikerubungi anak-anak dari berbagai umur sebagai hadiah Natal. Suasana NYU Langone Medical Center dipenuhi keluarga pasien yang sedang merayakan natal. Di sisi lain, Musim panas Florida membuat siapapun yang ada disana merasa nyaman. Tak ada seorangpun yang ingin beranjak dari liburan musim panas di sana. Tak ada firasat apapun tentang hilanganya kehidupan yang akan segera sirna.
"Dad, aku tidak terlalu suka berlibur ke Florida. Di sini tidak ada pohon natal, hanya ada pantai dan pohon kelapa." ucap seorang remaja laki-laki sambil sedikit cemberut.
"Apa salahnya jika kita berlibur ke Florida sekali-kali. Toh ini tugas pengamatan dari universitasmu juga kan." jawab ayahnya sekenanya.
"Tapi Dad, gak harus waktu natal juga kan, adik dan mommy juga gak ikut." tambahnya lagi
"Mommy dan adikmu kan sedang di rumah Oma. Masa iya Omamu mau ditinggal sendirian di rumah saat sakit begitu."
"Tapi Dad."
"Nikmati liburanmu Abra, ini hanya 2 pekan." hibur ayahnya lagi
Gadis itu memelas ketika melihat bangsal ibunya didorong kearah UGD, ia menangis terisak karena separuh hidupnya harus terbaring lemas di dalam UGD . Ia bingung apa yang harus ia lakukan. Ia mencoba menghubungi seseorang,  tapi tak tersambung. Keluarganya sedang tidak bersamanya, siapa yang bisa membantunya sekarang. Seorang dokter keluar dari UGD dengan mimik wajah serius. Ya tuhan, beri mommy waktu lebih lama lagi, Do'anya dalam hati.
"Dia butuh donor ginjal segera, di rumah sakit ini ginjal yang cocok dengan Ny. Dimitri sedang kosong." jawabnya
"La ...lantas apa yang harus dilakukan Dok? "
"Panggil keluargamu nona, dia hanya punya waktu 12 jam. Keadaannya sangat kritis, jika kita terlambat sedikit mungkin nyawanya tidak terselamatkan." jelas dokter itu
Gadis itu mencoba menghubungi berkali-kali, tapi teleponnya tetap tidak tersambung. Ia putus asa karena golongan darahnya dan sang ibu tak sama. Gema mesin memekikkan telinga. Sebuah garis lurus muncul di monitor di sebelah bangsal. Devibilator telah ditaruh di dadanya berulang kali. Tapi nihil, tak ada reaksi yang terjadi. Jantung dan nadinya berhenti berdetak, tak ada tanda kehidupan di sana. Hanya sebuah raga kosong dengan alat-alat medis yang menempel lengkap diseluruh badannya. Dokter itu menggelengkan kepalanya, gadis itu melihat dari celah jendela ketika Dokterpun menyerah. Tangisannya pecah, semuanya sirna, tujuan hidupnya hilang.
"Maafkan kami nona, tapi kami tidak bisa menyelamatkan Ny. Dimitri. Tuhan lebih menyayanginya." kata dokter itu lalu pergi
Seperti tersambar petir disiang hari, dia hancur berkeping-keping. Semuanya sudah terlambat, keluarganya tidak ada yang bisa dihubungi. Impian Indah yang ia rancang bersama keluarga kecilnya menghilang dan pudar. Ia berlari keluar rumah sakit secepat mungkin menuju sebuah jalan layang, berada di pinggiran jalan berteriak sekeras mungkin.
"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaa. " ucapnya meringankan beban fikirannya.
Melepas semua masalah dan beban pikiran yang ada dibenaknya. Ia berlari kembali menuju gereja. Berdo'a dan memohon agar ibunya bisa kembali ke dalam kehidupannya. Handphone nya bergetar, pertanda ada telepon masuk
"Halo, ada masalah apa hingga kau menghubungi ratusan kali ?  Hmm, apa kau merindukanku ? Aku baru 3 hari di sini. Pekan depan aku pasti pulang, apapun yang kamu minta, pasti akan kubelikan untukmu. " ucap seseorang di sebrang sana
Anna tahu siapa yang menelphonenya, suara itu begitu familiar hingga membuatnya menangis dan tak bisa berkata-kata lagi. Dia tak sanggup bicara tentang kematian ibunya di telphone. Dia harus memberitahunya langsung.
"Pulanglah hari ini kakak. Aku menunggumu besok pagi di NYU Langone Medical Center New York, di ruang ICU, aku akan memberitahukan semuanya padamu besok. Pulanglah cepat kak." ucap gadis itu mengakhiri pembicaraan
Kakak gadis itu bingung, apa yang terjadi dan siapa. Aku harus segera pulang ke New York,  Batinnya. Keesokan harinya, ia sampai di New York pukul 7 pagi. Ia langsung menuju rumah sakit dan pergi ke arah ICU. Ia membuka pintu dan melihat adiknya menangisi seseorang yang terbaring lemah di ranjangnya. Ia mendekatinya selangkah demi selangkah . Bagai tersambar petir, hatinya kaku pikirannya kacau. Ia melihat ibunya terbujur kaku meninggalkan seulas senyum diwajahnya sebagai tanda perpisahan.
"Mommy, udah gak ada kak. Mommy gak ada, aku bodoh ya gak bisa jagain mommy barang sebentar. Aku gak berguna kak, gak bisa donorin ginjal aku buat mommy. Aku gak bisa diandelin kak." ucap gadis itu mulai meracau
"Kakak yang salah Key, kakak yang selalu gak bisa dihubungi. Kalau sekali saja aku mengangkat telephone darimu pasti mommy masih bisa tertawa bareng sama kita. Memang semua ini aku yang salah, aku gak peka sama firasat aku sendiri . Aku gak pantas jadi dokter. Gak pantas." ucap kakak gadis itu menyalahkan diri sendiri.
"Abra Keyna, kalian berdua tidak bersalah.Tak ada yang bersalah dalam masalah ini, Tuhan lebih menyayangi Mommy sayang. Tak sepantasnya kalian mengeluh seperti itu." ujar Tn. Dimitri menengahi
Sebagai seorang ayah, ia mempunyai tugas tambahan yaitu menjadi ibu bagi anak-anaknya. Menjadi seorang pendukung bagi Putra putrinya. Menjadi tauladan, menjadi pedoman,  dan menjadi pembimbing bagi anak nya.
***
Lampu itu masih Setia dengan warna merahnya. Lampu itu enggan untuk meredupkan bahkan mematikan cahayanya. Membuat orang yang menunggu di luar ruangan itu diliputi rasa cemas dan khawatir. Isak tangis membuat suasana disana menjadi sangat mencekam. Kedua saudara mereka sedang memperjuangkan nyawa. Lampu itu tiba-tiba padam, dokter Victoria keluar ruangan operasi dengan masih menggunakan pakaian operasi, lengkap dengan lateks yang masih menempel di kedua tangannya.
"Nona Anna selamat, ia akan segera siuman. Tapi, Dr. Abra belum melewati masa kritisnya. Kita akan segera memindahkan nona Anna ke ruang rawat dan Dr. Abra akan segera dipindahkan ke ICU." ujar Dr Victoria
Mata pria itu seolah berterima kasih pada Nya. Karena telah menyelamatkan gadisnya dari masa-masa sulit. Pria itu bersyukur diatas kursi roda yang didudukinya. Meminta kepada Allah agar semuanya bisa kembali normal, seperti sebelumnya. Di sebelah nya ada sang kakek yang dengan senang hati menemani cucu tunggalnya serta kedua orang tua Anna yang sedang menangis di kursi tunggu rumah sakit.
Tangannya mulai bergerak pertanda dia sudah kembali pulih, pria itu menggenggam tangan gadis itu lekat. Mata gadis itu perlahan lahan mulai terbuka melawan sinar yang masuk melalui celah matanya. Semuanya serba putih,  ruangan apa ini batinnya. Semua yang ada di sana berdiri dan mendekati tempat tidur pasien.
"Kau sudah sadar?" tanya seorang pria muda pada gadis itu
"Il...ham. kau?"
"Assalamualaikum Anna. Lama tak berjumpa denganmu , bagaimana kabarmu ukhti." tanya Ilham
Anna tertegun tak percaya, melihat Ilham duduk disebuah kursi roda di samping tempat tidurnya. Ayah dan Ibunya serta Kakek Ilham dan Keyna juga ada di sana, berdiri tepat di belakang Ilham.
"Bagaimana kau bisa ada di sini?  Dan apa yang terjadi padamu?" tanya Anna
"Aku ada di sini karena Allah, takdir yang membawaku kesini. Allah menakdirkanku bukan dengan Allena, tapi denganmu Anna." jelas Ilham
"Apa maksudmu Ilham? "
"Saat hari pernikahanku dengan Allena, sebelum aku membaca ijab kabul. Allena mengatakan dengan terang-terangan bahwa dia memiliki tambatan hati. Saat itu, aku sangat malu karena tidak bisa melakukan hal seperti itu. Aku tidak bisa berterus terang, aku terlalu pengecut Anna. Andai, aku dulu mengenalkanmu pada kakekku, berterus terang padanya. Maka hal ini tidak akan terjadi, aku tidak akan berpisah denganmu, aku tidak akan menyakitimu sedalam ini Anna. Maafkan aku." ucap Ilham menundukkan kepala.
Ilham tak berani menatap mata gadis yang dicintainya itu,  Ia kecewa pada dirinya sendiri yang begitu pengecut dan tak berfikir panjang dengan dampak-dampak yang terjadi nanti. Semua itu sudah terjadi, nasi sudah menjadi bubur. Anna yang mendengar ucapan Ilham barusan menitikkan airmata . Orang tua Anna, kakek Ilham dan Keyna keluar ruangan, memberi kesempatan pada mereka agar menyelesaikan masalahnya. Tapi, keluarga mereka berdua tetap membiarkan pintu kamar terbuka agar tidak terjadi salah paham atau hal hal yang tidak diinginkan.
"Bagaimana kau bisa seperti ini? " tanya Anna lagi
"Saat pernikahanku baru saja dibatalkan, aku langsung menuju ke rumahmu. Menanyakan pada Ibumu. Tapi semua keluarga mu tak memberitahuku dimana keberadaanmu. Setelah dari rumahmu, aku menuju ke danau Everdille bertanya pada sepasang angsa putih yang sering kita lihat dulu. Aku seperti orang gila yang patah arah, aku tidak punya tujuan hidup. Aku tidak bisa makan dan minum karena lidahku pahit benakku selalu terisi oleh kenangan kenangan manis kita berdua. Hingga aku dirawat di sebuah rumah sakit, aku hanya bisa tertidur lemas,  berdo'a pada Allah. Aku bisa merasakan Anna, apa yang kau rasakan dulu.  Saat tiba-tiba aku meninggalkanmu, setelah perjuangan dan penantian yang kau lakukan untukku. Aku minta maaf Anna, aku janji tidak akan mengulangi kesalahan yang sama." jelas Ilham dengan nada parau dan keputus asaan .
"Apa yang kau katakan Ilham? Aku tak pernah menyalahkanmu atas kesalahan yang terjadi. Semua ini adalah kehendak Allah Ilham, aku sadar apa yang kita lakukan dulu adalah perbuatan maksiat yang tidak disukai oleh Allah. Kita bergandengan tangan, belpelukan, berduaan di Danau Everdille  padahal kita belum mukhrim. Tidak sepatutnya kita melakukan hal itu dan banyak lagi kesalahan kesalahan yang tidak kita sadari dulu. Aku dapat sebuah kesempatan baru Ilham, aku semakin dekat dengan Allah. Dan satu lagi Ilham, jika kita memang tidak berjodoh, jika kita tidak ditakdirkan hidup bersama aku ikhlas. Karena aku mencintaimu karena Allah, tanpa restu Nya kita tidak bisa berbuat apa- apa ." jelas Anna panjang lebar
"Aku bersyukur atas perubahan-perubahan yang kau alami. Kau yang membuatku bertahan, aku mencintaimu karena Allah Anna."
"Ilham, kau tahu kenapa aku bisa dirawat di sini?  Dan lagi perutku sedikit nyeri. Apa yang sedang terjadi?"
"Kedua ginjalmu sudah tidak berfungsi Anna, Saat kau sedang sangat membutuhkan donor ginjal, orang tuamu belum datang cuaca diluar sangat tidak mendukung untuk ada penerbangan. Dan lagi golongan darahmu dan aku tidak sama, jadi aku tidak bisa mendonorkan ginjalku untukmu. Maafkan aku, karena aku tidak bisa diandalkan."
"Lantas siapa yang mendonorkan ginjalnya padaku ?" tanya Anna lagi
"Abra, dia yang mendonorkan ginjalnya padamu. Saat kau tak sadarkan diri, Abra mengajakku ke Masjid, ia ingin masuk Islam Anna. Dan saat kita kembali dari masjid, Kau membutuhkan donor ginjal secepatnya. Jika tidak ada donor selama 24 jam, mungkin kau tidak bisa menghirup oksigen sekarang. Allah memberikanmu kesempatan kedua Anna."
Anna tertegun, mencoba mencerna kata perkata apa yang diucapkan Ilham. Memahami arti dari keikhlasan seseorang padanya. Apa dia mulai mencintainya? Mencintai orang yang berjasa pada kehidupannya, Pikirnya dalam hati.
"Bisakah aku bertemu dengan Abra kumohon ."
"Bisa Anna, tapi bukan sekarang kondisimu belum pulih benar. Tidurlah, jika kondisimu sudah membaik aku akan membawamu ke tempat Abra. Jangan khawatirkan dia, dia baik-baik saja. Dokter terbaik di sini selalu ada untuk memantau kondisinya. Jadi jangan kau khawatirkan dia."
"Tapi, itu terlalu lama."
"Tidak ada penolakan Anna."
Ilham pergi meninggalkan ruangan Anna, menutup pintu secara perlahan agar Anna tidak merasa terganggu. Keyna sudah mengajak orang tua Anna untuk pergi ke apartemen mereka, begitupun dengan kakek Ilham setelah cucunya keluar dari ruang inap Anna, mereka pergi ke Murray Hill East Suites hotel untuk beristirahat.
Anna tidak bisa memejamkan matanya, memori Indah yang ia lewati bersama Abra muncul dibenaknya, memberikan perasaan hangat walau hanya memikirkannya saja. Semoga kau baik-baik saja Abra, doanya sebelum tidur.
***
Ketika nafasku tak lagi berhembus, ketika jantungku berhenti berdetak, ketika nadiku berhenti berdenyut hidupku tak lagi bersamaku. Ragaku hampa tanpa nyawaku, mungkin ini saatnya aku pergi, menghadap Allah SWT. Meninggalkan rasa sakit yang teramat sangat pada perutku. Selamat tinggal semua.
Ilham pergi mendorong Anna yang sedang duduk dikursi roda menuju ruangan ICU tempat Abra dirawat. Memendam rasa rindu selama tiga hari, agar kondisinya benar benar pulih. Tapi nihil, ia belum begitu kuat untuk berjalan. Sesampai di depan ruang ICU, jantungnya berdegub kencang. Ia membuka pintu perlahan , terlihat seorang pria tampan terbaring lemah disebuah bangsal dengan alat - alat penopang hidup yang terlekat padanya. Tapi saat Anna mencoba mendekati bangsal itu, seketika mesin itu berbunyi, badan Abra mulai bereaksi. Entah apa yang terjadi padanya, membuat hati Anna sakit, ini semua karenaku batinnya.
Ilham berlari memanggil dokter Victoria untuk memeriksa keadaan Abra. Ilham dan Anna keluar dari ICU pergi ke sebuah masjid yang ada di sana. Berdo'a pada Allah SWT agar sahabat mereka selamat. Tak henti hentinya doa mereka lantunkan, berharap secercah harapan agar ada keajaiban.
Di ICU dokter Victoria sebagai Dokter Specialist Organ Dalam dan sahabat karib Abra berharap dan berusaha yang terbaik. Mengerahkan segala ilmu dan upaya yang ia miliki. Berharap agar Tuhan mampu menyembuhkan penyakitnya dan membuat Abra bertahan.
Monitor pada tubuh Abra  menggambarkan sebuah garis lurus, pertanda dirinya tidak bisa bertahan. Berulang kali alat pacu jantung di degubkan ke dadanya, tapi nihil tak ada perubahan ataupun pergerakan pada Abra. Dokter Victoria dan ahli medis lainnya menyerah, mungkin ini sudah suratan takdir dari sang kuasa. Semua peralatan di lepas dari tubuh Abra, menyisahkan sebuah raga tanpa nyawa yang terbaring menunggu untuk dishalatkan dan dimakamkan. Anna kembali dari masjid, menuju ruangan ICU ditemani Ilham yang selalu dibelakangnya, dengan Setia mendorong Anna kemanapun Anna inginkan selama Anna belum pulih. Anna tertegun seketika ketika Abra terbujur kaku tanpa alat . Hening, ruangan itu terasa mati kehilangan sebuah nyawa di dalamnya. Bulir airmata keluar dari sudut mata Anna, terngiang kebersamaan yang ia lalui bersama Abra. Anna mendekatinya.
"Assalamualaikum Abra, selamat kita menjadi saudara seiman sekarang. Kita bisa membaca Al Qur'an bersama, aku akan mengajarimu sholat. Jadi kau harus bangun, jika tidak bagaimana kau bisa belajar. Kau sudah cukup istirahat Abra, bangunlah disini aku Keyna dan yang lain menunggumu disini. Kumohon bangunlah, Keyna masih membutuhkan Kasih sayangmu Abra kumohon.." ucapnya disela tangisannya
Anna menangis sejadi-jadinya meronta untuk meminta Abra bangun, Keyna dan Keluarga Anna hanya bisa diam dan menangis diujung ruangan termasuk Dr. victoria yang menjadi sandaran Keyna. Tapi, apa yang bisa dikata Abra telah tiada meninggalkan sebuah goresan nama diatas nisan putih yang akan segera terukir sebentar lagi
"Ketika kau mempertaruhkan nyawamu saat ingin menolongku, apa kau tidak berpikir hal ini akan terjadi? Saat kau dengan sengaja memberikan sebuah kehidupan pada oranglain apa kau tidak memikirkan dirimu sendiri?" tanya Anna bertubi-tubi pada Abra
"Dia mencintaimu Anna. " ucap Dr. Victoria
"Maaf dokter aku tidak percaya pada orang lain, aku ingin dia secara langsung mengatakan hal ini padaku. Aku tak bisa hidup tanpanya dokter, dia yang mengeluarkanku dari masa-masa sulit." jelas Anna lagi
"Kau tega, membiarkan gadis yang kau cintai menangis seperti ini, dimana janjimu dulu yang ingin selalu membahagiakanku?  Dimana baba? Aku belum sempat mengucapkan jika aku mencintaimu. Kau terlalu pengecut, tidak mau mengatakan apapun sebelumnya. Kau tega Abra, sangat tega."  sambung Anna lagi
Orang tua Anna mencoba menjauhkan Anna dari tempat Abra, memberikan waktu agar Abra segera dimandikan dan dibawa pulang ketanah air. Anna dan keluarganya termasuk Keyna pergi dari ruang ICU menuju ke ruang tunggu rumah sakit dengan masih terisak. Dokter dan perawat mulai berlarian menuju ruang ICU tempat Abra dirawat. Apa yang terjadi ya Allah,  batin Anna.
"Ada apa dokter Victoria? "Tanya Anna
"Ada keajaiban Anna, tubuh Abra bergetar tangannya bergerak jantungnya kembali berdetak. Ia masih hidup Anna, dia mempunyai kesempatan kedua. "
"Alhamdulillah, terima Kasih ya allah, kau telah menyelamatkan nyawanya. Memberinya satu kesempatan lagi. Apa bisa saya melihatnya dokter? "
"Tentu Anna, tapi tidak sekarang. Aku akan memeriksanya sekali lagi lalu perawat akan memindahkannya ke ruang rawat. Kau bisa melihatnya disana."
"Terimakasih dokter. "
Anna tak tahu harus berbuat apa. Ia sangat bahagia atas apa yang terjadi atas keaadaan Abra. Sebuah keajaiban jika dia bisa bernafas lagi, Terima Kasih ya Allah, batinnya.
***
Sepasang insan memasuki altar pernikahan mengenakan gaun putih Indah bertahtakan berlian dan mutiara. Altar pernikahan berlatar belakang danau Indah dengan sepasang angsa putih di tengahnya, membuat nuansa pernikahan menjadi lebih romantis. Pertunjukan saman menambah suasana Islam diperhelatan itu, sebuah pernikahan yang mengusung tema Islam dizaman modern membuat siapapun yang datang kesana akan merasa takjub dan terbawa suasana.
Pengantin pria mengucapkan ijab dengan satu tarikan nafas membuat orang disekitarnya menjadi lebih terpukau, menandakan kemantapan sang calon Imam untuk calon istrinya, Cinta sejati beraroma keyakinan kuat untuk menghalalkannya, melindunginya sampai mati, menyayanginya apapun keadaannya. Berjanji untuk tidak meninggalkannya, dan bersama bersama membangun jalan menuju ke surga. Pengantin wanita tersenyum penuh makna, kebahagiaan, kepedihan, perjuangan, penantian, pengorbanan yang dilaluinya berbuah manis. Senyuman yang ia berikan bersama ucapan selamat menjadi sebuah kenangan tersendiri dari sahabat mereka yang akan pergi ke Dubai. Aku pasti akan merindukan kalian, semoga Allah selalu meridhoi hidup kita,  ucapnya diakhir pertemuan. Pertemuan itu menjadi akhir dari kenangan Indah mereka, suatu kenangan yang tak akan terganti dan terlupakan.
Kecelakaan menuju Dubai hari itu, membuat sahabat mereka meregang nyawanya. Meninggalkan sebuah raga tanpa nyawa, kehidupan yang ia impikan bersama sahabat perempuannya sirna sudah. Mereka berdua, sepasang suami istri yang baru menikah 3 hari yang lalu mengunjungi sebuah tempat. Menyusuri jalanan setapak berbatu ditengah nisan nisan berpenghuni. Memilih sebuah nisan dengan tanah yang masih basah untuk diziarahi. Dengan nama seorang sahabat mereka yang terukir nyata disana.
"Assalamualaikum sahabat. Apa kabarmu disana?" ucap seorang perempuan mengenakan jilbab dan gamis panjang
"Semoga kau baik-baik saja karena Allah selalu ada untukmu sahabat." sambungnya lagi
Bulir airmata mulai membasahi pipinya, mengingat bahwa  persahabatan mereka telah terjalin sangat lama. Ia menabur bunga dimakam sahabatnya, menabur bunga sekaligus menabur do'a sebagai tanda kerinduan. Selamat jalan Ilham, semoga kau bahagia disisi Allah, terimakasih untuk kenangan Indah kita, ucapnya diakhir doa
Perempuan bernama Anna itu menangis dipelukan suaminya Abra, sejak pernikahan mereka di danau Everdille 3 hari yang lalu. Senyuman terakhir Ilham dan ucapan perpisahan masih tergambar jelas dibenak kedua insan ini. Kecelakaan pesawat itu adalah takdir dari sang kuasa,sang maha pencipta seluruh alam beserta isinya.
Mengubur kenyataan yang ada, kini telah menghilang salah satu pelengkap  kisah cerita, salah satu dari mereka bertiga. Entah bagaimana perasaan seperti apa yang menghiasi sudut dalam dihati mereka  berdua. Takdir tak akan bisa di tolak, dihilangkan, bak membiaskan cahaya dalam air. Selamat  jalan Kenangan yang membuat hati ini berwarna.

***
coba buka wb ini.. dijamin seru

<div id="kelaskita-quiz-552b856fd446dc29081275c9" 

Komentar

  1. http://taipannnewsss.blogspot.co.id/2018/04/5-tipe-orang-yang-paling-mudah-tergoda.html

    QQTAIPAN .ORG | QQTAIPAN .NET | TAIPANQQ .VEGAS |
    -KARTU BOLEH BANDING, SERVICE JANGAN TANDING !-
    Jangan Menunda Kemenangan Bermain Anda ! Segera Daftarkan User ID nya & Mainkan Kartu Bagusnya.
    Dengan minimal Deposit hanya Rp 20.000,-
    1 user ID sudah bisa bermain 8 Permainan.
    • BandarQ
    • AduQ
    • Capsa
    • Domino99
    • Poker
    • Bandarpoker.
    • Sakong
    • Bandar66
    Kami juga akan memudahkan anda untuk pembuatan ID dengan registrasi secara gratis.
    Untuk proses DEPO & WITHDRAW langsung ditangani oleh
    customer service kami yang profesional dan ramah.
    NO SYSTEM ROBOT!!! 100 % PLAYER Vs PLAYER
    Anda Juga Dapat Memainkannya Via Android / IPhone / IPad
    Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami-Online 24jam !!
    • WA: +62 813 8217 0873
    • BB : D60E4A61
    • BB : 2B3D83BE
    Come & Join Us!

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

LPJ (Laporan Penanggungjawaban) Donor Darah Sukarela

Makalah Thaharah menurut Imam Maliki

Pendidikan lingkungan hidup (PLH) tentang polusi tanah