Cerpen Cinta,Persahabatan, Kesetiaan
Happy Reading
Takdir
Yang Menyatukan Cinta
Salju turun dengan indahnya di bumi
Amerika. Menemani gadis cantik berjilbab yang tinggal disana seorang diri.
Sebuah negara dengan minoritas muslim membuatnya harus berhati hati dengan
lingkungan yang ada.
(Tok
tok tok)
"Ada
orang di dalam ?"
Gadis itu membuka pintu, ia melihat
seorang wanita berambut pirang yang terlihat habis menangis. Matanya
sembab, ada bekas airmata dipipinya. Dia
masuk dengan tertatih ke kamar gadis itu. Kakinya lemas dan dirinya tidak bisa
menahan air mata lagi. Wanita itu memeluknya dengan erat. Air mata tak
terelakkan lagi.
"Ada
apa Keyna, apakah kamu baik-baik saja ?" Tanyanya dengan lembut
"Maafkan
aku , aku salah, kau benar dia memang
bukan yang terbaik Anna maafkan aku."
"Tak
apa Keyna, ini bukan kesalahanmu." Kata Anna sambil terisak
"Anna,
bolehkah aku tidur di apartementmu malam ini ? Kumohon"
"Tidurlah
Keyna, kau butuh istirahat sekarang."
Wanita yang bernama Keyna tidur terlelap
di tampat tidur berukuran Queen Bed milik Anna, Keyna memang menguasai 5 bahasa asing termasuk
Indonesia. Karena, orang tuanya sering berpindah-pindah dari negara satu ke
Negara yang lain. Melihat Keyna yang
seperti ini,
Anna tertegun dan teringat alasan mengapa ia pergi ke negeri paman sam 2 tahun
yang lalu.
***
Seorang gadis cantik dengan rambut hitam
legam duduk di sebuah ayunan tua di tepi danau. Menunggu sebuah janji yang
belum ditepati. Kekasihnya pergi ke Kairo atas permintaan kakeknya. Kekasih
gadis itu adalah seorang anak yatim piatu yang dirawat kakeknya sejak kecil.
Suara jangkrik mulai terdengar nyaring saut menyaut. Desiran angin malam
semakin menembus kulitnya yang hanya terlapisi sweater tipis pemberian
kekasihnya. 3 tahun sudah waktu yang ia lewatkan untuk menunggu hari itu tiba, hari
di mana pernikahan itu akan digelar di danau ini. Lamaran 3 tahun lalu membuat
gadis itu menangis dengan hanya memikirkannya saja.
"Aku
menunggumu di sini Ilham, aku tak pernah lelah menunggumu hingga petang. Aku
tak sabar menunggu pesta pernikahan kita." Ucap gadis itu pelan. Ia pulang
sesudah adzan maghrib dan menuju ke sebuah masjid di jalan sebelum rumahnya.
Mengambil wudhu dan sholat mungkin akan merilekskanku pikirnya.
"Ya
Allah, aku menyerahkan semua kepadamu. Aku pasrah ya Allah. Bila dia memang jodohku,
maka ia akan kembali padaku. Aku hanya bisa berhusnudzan kepadamu ya rob."
Do'anya diakhir sholat
Udara segar menyeruak di pagi hari. Hari
ini adalah hari kepulangan kekasihnya
dari Kairo, sebuah penantian yang sangat berat bagi gadis berusia 20 tahun yang
menjalani hubungan jarak jauh akhirnya terobati. Ia sudah menunggu di taman
sejak 20 menit yang lalu. Tapi yang dia tunggu belum juga datang, dia dengan
sabar menunggu kekasihnya datang. Langit hampir gelap, langit jingga makin
menghiasi pemandangan danau yang indah.
"Assalamualaikum
Anna ?." Ucap seorang pria tampan
Suara
itu, gadis itu mengenal suaranya, tanpa banyak berfikir ia menghambur ke
pelukan kekasihnya.
"Waalaikumsalam
Ilham, aku merindukanmu, sangat."Ucap Anna menitihkan air mata
"Ilham,
kenapa kau melepas pelukanmu ? Aku masih sangat merindukanmu."
"Maafkan
aku Anna, kita harus mengakhiri hubungan ini. Sebelum semuanya terlambat."
"Kenapa
Ilham. Kenapa ? Kau sudah mendapat gadis di Kairo yang lebih cantik dariku. Dan
kau mencintainya. Katakan padaku Ilham katakan."
"Anna,
maafkan aku tapi Kakekku sudah menta'arufkan diriku dengan wanita pilihannya
namanya Allena" kata Pria yang bernama Ilham itu
"Tapi
bagaimana rencana pernikahan kita, kau melupakannya begitu saja ? Apa kau
benar-benar telah melupakanku dan mencintai perempuan itu Ilham ?"
"Maafkan
aku Anna, aku harus pergi ke Dubai hari ini. Hari pernikahanku seminggu lagi.
Datanglah jika kau ada waktu."
"Ilham,
bolehkah aku meminta satu permintaan darimu ?"
Anna langsung menghambur ke pelukan
lelaki itu . Pelukan itu membuat kedua insan itu menitihkan air mata.
Pernikahan itu bukan pilihannya, kakeknyalah yang menginginkan hal itu dan
Ilham tidak bisa menolak permintaan kakeknya.
Aku
mencintaimu Anna, sangat. Ucap Ilham dalam hati
Kepergian Ilham ke Dubai, membuat
keadaan Anna kacau. Ia tidak mau makan dan keluar kamar, waktunya ia habiskan
untuk menangis di balik selimut tebal miliknya. Ia tidak bisa tidur, ketika
mencoba tidur ia selalu terbayang kisah indah yang ia lewati bersama Ilham dan
langsung membuatnya histeris. Orang
tuanya tidak tega jika membiarkannya seperti ini, ia bisa gila. Dokter pribadi
keluarga itu merekomendasikan untuk membawanya ke Amerika untuk menemui seorang
dokter muda tamatan terbaik Oxford University.
Tak butuh waktu lama, Anna sudah ada di
Amerika. Ia bertemu dengan Dokter rekomendasi itu yang bernama Dokter Abra.
Seorang Dokter muda yang mendapat gelar S2 diusia 24 tahun, ia tampan, mapan,
dan baik. Siapapun mereka yang melihat Dokter Abra pasti langsung jatuh hati
dengan pria perpaduan German Indo itu.
Pertemuan pertama Anna dengan Dokter
Abra memang tidak berjalan baik. Anna hanya bisa diam seribu bahasa, sedang
Dokter Abra berpikir apa yang ada dipikiran kliennya ini. Dia begitu cantik dan
terlihat berpendidikan kenapa hal ini bisa terjadi padanya. Profesor Michael
dokter pribadi keluarga Anna juga tidak memberi tahu apa penyebabnya.
"Anna,
bisakah kau mendengar ucapanku ?" Ucap Dokter Abra membuka pembicaraan
Dokter Abra memang bisa memahami bahkan
menguasai 5 bahasa asing. Termasuk bahasa dimana ia dilahirkan yaitu Indonesia.
"Tolong,
jangan tinggalkan aku Ilham aku sangat mencintaimu. Sangat" Anna mulai
histeris lagi, Ia sangat mencintai pria itu dia adalah cinta pertamanya dan ia ingin Ilham menjadi cinta
terakhirnya.
Dokter Abra langsung menyuntikkan obat
penenang agar Anna tenang dan tertidur. Kau sangat cantik dan lugu Anna, sama
seperti dulu ucapnya dalam hati
Sinar mentari menyeruak di sela sela
jendela NYU Langone Medical Center Hospital
New York. Anna mengerjapkan mata karena sinar mentari menyilaukan
matanya, 6 bulan sudah ia menjalani terapi sikis. Ia menjadi lebih sehat dari
kondisi sebelumnya, hubungannya dengan Dokter Abra terlihat makin akrab. Hingga
seminggu kemudian Anna diperbolehkan pulang dan memulai lembaran baru hidupnya.
Dengan bantuan Dokter Abra Anna mendapat sebuah Apartement dan dapat berkuliah
di salah satu Universitas favorit. Anna memang belum mau pulang ke tanah air,
ia takut jika ia kembali Anna akan bertemu lagi dengan Ilham dan istrinya yang
mungkin sedang mengandung buah hati mereka.
"Kamu
kuat Anna. Lupakan Ilham, dia sudah menjadi milik orang lain. Jangan egois
Anna." Ucap Anna menguatkan diri
Membaca buku seharian di Apartement
membuat Anna sedikit bosan. Ia menerima ajakan
Dokter Abra untuk menikmati secangkir kopi di Green Cafe. Anna harus mengenakan
mantel tebal kesayangannya agar udara luar tidak sampai menembus kulitnya.
"Maaf,
aku datang terlambat. Udara di luar sangat dingin, aku sedikit kesulitan
memanggil taxi." Ucap Anna sedikit takut jika Dokter Abra kecewa
"Tak
apa duduklah."
"Terima
kasih dokter."
"Jangan
panggil aku dokter. Kau bukan pasienku lagi Anna. Panggil aku Abra, umur kita
hanya selisih 4 tahun kan ?"
"Iya
dokter, eh maksudku Ab..bra."
"Kau
mau pesan apa ?"
"Hot
Chocholate."
"Baiklah
akan aku pesankan." Memanggil waitress
"Thanks
ya Abra, kamu udah mau dengan sabar nolongin aku."
"Itu
sudah menjadi tugasku. Hmmm Anna,
jika suatu hari nanti ada seorang pria yang ingin menjadikanmu pendamping hidup
bagaimana."
Anna yang mendengar ucapan Abra tersedak
dengan minumannya. Sebenarnya ia belum bisa melupakan Ilham sepenuhnya, Ilham
telah menjadi salah satu bagian terpenting dihidupnya.
"Entahlah
Abra, aku masih ingin fokus kuliah dulu. Aku ada kelas sejam lagi aku harus
pergi. Assalamualaikum."
Aku tahu kau masih belum bisa melupakan
Ilham, Anna. Dengan sabar, aku akan menunggumu megatakan Ya. Ucap Abra dalam
Hati
Anna tergesa gesa memasuki kelas nya.
Hari ini kelas Mr. Killer dosen paling
disegani di universitas ini. Sangat sial
baginya karena kelasnya berada di ujung koridor. Ah batinnya . Ia menabrak
seorang siswi berambut pirang yang terlihat anggun dengan dress selututnya.
"Sorry.
" ucap gadis itu
"No
problem , I am wrong too. " ucap Anna menimpali
"My
name is Keyna. What's your name? "
"My
name is Anna. Oh no, sorry I have class. I already late. Bye. "
Anna
makin terburu buru menuju kelasnya. Ia berlari dan mencoba mengetuk pintu.
"Excusme
sir."
"Who
is that?" ucap Mr. Killer penuh selidik
"I
am Anna. " ucap Anna sedikit takut
"Miss.
Anna, come here."
Anna dipanggil menghadap Mr. Killer.
Yah, skripsiku tertunda lagi Batinnya. "Jika kau ingin segala urusanmu
diperlancar, ingatlah Allah. "
gambaran itu terbayang lagi dipikiran Anna. orang yang ingin ia lupakan selama
6 Bulan ini kembali terlintas dipikiran Anna lagi. Aku harus menemui Abra.
Pikirku.
***
Seorang pria tampan menghadap sebuah
danau meminta secercah harapan agar
gadisnya kembali. 6 Bulan ini ia habiskan hanya untuk mengingat memori memori
indahnya bersama kekasih.
"Aku
cukup bodoh, karena tidak menahanmu saat itu." rintihnya
Setetes air menghuni pelupuk matanya dan
mengalir di pipinya. Kembalilah, kumohon dimanapun kau berada kembalilah, Batin pria itu dalam
tangisnya.
"Jika kau memang percaya pada NYA , maka
jangan pernah mengeluh pada apapun, dan jangan pernah tangisi apa yang telah
hilang dan terlepas meski itu adalah hal yang terberat sekalipun, Berjanjilah
padaku." ucap seorang gadis dengan tulus
Terlintas kembali gambaran saat gadisnya
baru saja masuk Islam di sebuah masjid besar di kota itu. Lelaki itu jatuh
Cinta pada kata-kata gadis itu, ini bukan pertama kalinya mereka bertemu,
mereka bersahabat sejak kecil. Dia tidak bisa mengutarakan isi hatinya, karena
sahabatnya juga menyukai gadis itu bahkan lebih dulu. Tapi, beberapa Bulan
kemudian, ketika hari lahir gadis itu tiba. Sahabatnya meninggalkankannya
dengan pergi ke LA. Menempuh pendidikan untuk menggapai cita citanya. Gadis itu
menangis ketika sahabat yang sudah ia anggap sebagai kakak itu pergi
meninggalkannya di ulangtahun ke 17 nya. Lelaki itu mencoba untuk memantabkan
hatinya, kau mencintainya Ilham, kau mencintainya, Batinnya. Lelaki yang
bernama Ilham itupun langsung bangkit dari duduknya naik ke atas panggung, menyanyikan
sebuah lagu romantis yang ia ciptakan sendiri. Sebuah lagu yang mewakili isi
hatinya. Pendirian gadis itu runtuh, hujan di pelupuk matanya tak terbendung
lagi. Lelaki yang bisa menuntunnya sampai di posisinya saat ini, mengenalkannya
pada agama, ia mencintai nya. Ilham mendekati gadis itu dan berlutut menyamai
posisinya yang terduduk lemas .
"Anna
Anexia, maukah kamu menjadi pendampingku di dunia dan akhirat, maukah kamu
menjadi ibu dari anak-anak kita kelak.
Menjadi patner hidupku sekarang dan selamanya?" ucap Ilham dalam
satu tarikan nafas.
Semua yang mendengar ucapan Ilham
tertegun dan terkesima. Dia berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia akan
melindungi dan selalu ada di samping Anna sampai kapanpun. Danau Everdille
menjadi saksi bisu Cinta mereka berdua.
Ilham
tersadar dari lamunannya ketika kakeknya datang.
"Kenapa
kau tidak memberi tahu kakek jika kau sudah memiliki tambatan hati Ilham. Jika
waktu itu kau mengatakannya mungkin kau tidak akan seperti ini, terbaring lemah tak berdaya di rumah sakit.
Jika waktu itu Allena tidak mengatakan bahwa ia memiliki pilihannya sendiri.
Apa yang akan terjadi nak? Kakek sangat
berdosa jika membiarkan 2 kehidupan di korbankan hidup tanpa ikatan Cinta.
Kakek tidak tahu apa yang akan kakek katakan pada ayah ibumu nanti. Kakek tidak
pernah mengerti dirimu nak. Maafkan kakek. " bulir air lepas dari ujung
mata kakek dan Ilham
Ilham
tahu, sejak awal ia yang salah, jika
waktu itu ia jujur sekali saja keadaannya tidak akan seperti ini.
***
Keputusannya sudah matang, ia ingin berhijrah. Menjadi seorang wanita
yang sholihah dan mandiri seperti impiannya selama ini.
"That
is nice Anna." ucap Keyna memuji Anna setelah ia bangun dari tidurnya
"Thanks
Key." kata Anna menimpali
Semalam, Keyna sangat hancur, hingga tidak ia sadari perubahan pada
sahabatnya Anna. Anna bangga bisa menggunakannya, menggunakan hijab adalah impiannnya sejak ia
dan keluarganya memutuskan untuk masuk Islam 5 tahun yang lalu. Ia merindukan
ibunya dan juga keluarganya. Sejak 2 tahun lalu ia meninggalkan tanah air, dia belum pernah menghubungi
keluarganya, apalagi untuk kembali
pulang ke tanah air. Akan berbahaya jika sampai ia bertemu dengan Ilham dan
istrinya.
Hari
ini Abra dan Anna memiliki janji untuk bertemu di Green Cafe dekat kampusnya. Anna
ingin mencurahkan isi hatinya pada psikolog sekaligus sahabatnya saat ini.
"Abra,
aku merindukan ibuku. Tapi aku tidak memiliki keberanian untuk mengabarinya
Abra, aku takut." ucap Anna lembut
"Apa
yang kau takutkan? Cinta masa lalumu.
Dia sudah memiliki kehidupannya sendiri, untuk apalagi kau memikirkannya
seperti ini. Tidak ada gunanya Anna. Hubungi Ibumu, dia pasti sangat
merindukanmu dan mengkhawatirkanmu." kata Abra sedikit emosional ketika
Anna teringat pada Ilham.
Abra
sangat mencintainya, tapi sekarang hatinya bukan milik Abra lagi, dan lagi ada
satu tembok kokoh yang berdiri di antara Abra dan Anna, Yaitu agama mereka.
Tapi, bukan Abra namanya jika ia tidak berusaha terlebih dahulu. Masalah
hasil, ia pasrahkan pada yang diatas.
"Aku, akan pergi, Hubungi Ibumu. Nanti malam,
aku akan mengajakmu ke sebuah tempat. " ucap Abra tegas
"Tapi,
Abra."
"Tidak
ada penolakan."
Anna
memikirkan apa yang Abra katakan di cafe tadi, menghubungi ibunya bukanlah
suatu kesalahan yang harus ditakuti. Anna mengambil telepon pintar miliknya dan
menekan nomor telepon ibunya.
"Assalamualaikum,
ibu?" ucap Anna gemetar menahan tangisnya
"Apakah
ini dirimu nak, Putri kecil ibu Anna? Bagaimana kabarmu di sana ? Ibu
merindukanmu sayang." ucap ibunya disebrang sana
"Anna
baik baik saja ibu, alhamdulillah. Dan
lagi Anna sudah berhijab bu, Allah membimbing Anna ke jalan yang lebih baik
lagi." katanya dalam tangis
"Syukurlah
Anna, kau sudah lebih dewasa sekarang.
Anna, kapan kau pulang nak ?" tanya ibunya
"Belum
saat ini bu, tapi aku akan memberanikan
diriku untuk pulang." jawab Anna
"Dia
sakit Anna, dia terbaring di Rumah Sakit, Anna dia sangat mencintaimu
nak."
Ucap
ibunya.
"Siapa
ibu, siapa yang sakit." tanya nya tapi tiba tiba telepon terputus.
Anna
bingung, siapa yang ibunya maksud tadi. Apa yang sebenarnya terjadi di sana ?
Ya Allah apapun yang terjadi di sana lindungilah mereka semua ya Allah, Do'a
Anna dalam hati.
Malam
ini Abra akan menjemputnya, ke sebuah tempat yang Indah, katanya. Kemana Abra
akan membawaku pikirku di dalam mobil. Anna tidak berani menanyakan pada Abra,
mau dibawa kemana dia. Ia hanya takut jika ia bertanya Abra akan kecewa. Mobil
terhenti di sebuah gereja, Anna tahu gereja apa itu. Gereja Katedral St.
Patrick New York.
Anna
kecil sedang bermain masak masakan. Seorang anak laki laki datang
menghampirinya dengan tergopoh gopoh, membawa segulung majalah yang ia genggam
di tangan kanannya.
"Xia,
aku sudah membawanya dan maaf aku datang terlambat." ucapnya sambil
menggaruk tengkuknya yang tak gatal
"Kau
tau baba, aku sudah menunggu lama sekali. Untung saja ada Ilham yang mau
menemaniku." kata Xia sambil memalingkan mukanya.
"Maafkan
aku Xia, lihat ini. Aku membawakanmu apa. " menyodorkan majalah dengan
cover sebuah gereja Indah
"Gereja
Katedral St. Patrick di New York. Wahh, aku ingin sekali ke sana. Kau janji ya
Baba, jika kita sudah besar nanti kau akan mengajakku pergi ke sana. "
ucap Xia sambil menunjukkan kelingkingnya
"Janji."
ucap anak lelaki itu sambil menautkan kelingking nya
Anna
tidak sadar, jika dokter yang menolongnya, menjadi sahabatnya, mempermudah
hidupnya selama di Amerika ini adalah Baba, sahabat masa kecilnya. Abra
menepati janjinya dengan membawa Anna ke tempat ini. Gereja Katedral St.
Patrick New York. Mungkin ini tidak berpengaruh banyak pada hati Anna. Tapi ia
hanya ingin menepati janji kecilnya. Kehidupan Anna dan dirinya sewaktu
kecil dengan sekarang sudah berbeda.
Abra tahu Anna bukan takdirnya, jika Bukan menjadi pendampingku, maka dia akan
menjadi adik untukku. Ucapnya dalam diam
Air
matanya menetes, mengalir ke pipinya. Ia memandang gereja impiannya dulu. Tapi
semua sudah berbeda, keyakinan mereka sudah tak sama.
"Aku
sudah menepati janjiku Anna Anexia. Dan mungkin ini akan menjadi kunjungan
terakhirku di gereja." ucap Abra
Anna
tidak menjawab pernyataan Abra, senyuman itu memudar. Anna memegangi perut
bagian kanannya yang terasa sangat sakit. Anna mulai terbatuk-batuk dan sulit
bernafas. Ia batuk darah, dan pingsan. Abra dengan cemas membawannya ke Rumah
Sakit, ia takut apa yang di khawatirkan nya terjadi. Anna di bawa ke UGD NYU
Langone Medical Center Hospital New York. Sebelum masuk UGD, Anna
berpesan untuk tidak mengabarkan hal ini pada orang tuanya karena bisa membuat
cemas dan khawatir. Abra bingung apa yang harus ia lakukan, menghubungi Ilham, ya itu ide yang Bagus.
Batinnya
"Assalamualaikum,
Ilham dia butuh bantuanmu."ucap Abra sedikit gemetar
"Siapa
? Katakan Abra."
"Anna.
"
"Di
mana kalian, aku akan kesana. "
"NYU
Langone Medical Center Hospital New York. "
"Aku
akan kesana dengan penerbangan pertama. Jaga dia. "
***
Salju
menyelimuti kota New York. Seakan memberi waktu baginya untuk berhibernasi,
alat-alat itu seakan membuatnya seperti robot yang tertidur menunggu baterainya
terisi penuh. Suara mesin itu membuat seisi ruangan menjadi hening. Kaca
jendela itulah yang menjadi saksi kebisuannya.
"Kau
masih ingin tidur ? Berapa lama lagi. Seminggu, dua minggu aku akan Setia
menunggumu. " ucap seorang pria yang duduk di atas sebuah kursi roda.
Melihat
pemandangan melalui celah kaca yang ada di depan matanya. Ia merindukan mata
indahnya menatapnya dengan tatapan penuh Cinta. Tapi, mata itu hanya bisa
terpejam, seakan merasa itu adalah
keadaan yang paling nyaman. Sebuah tangan meraba kaca yang mengarah ke ranjang
pasien.
"Dia
sangat cantik, meski dia sedang terpejam. Kau tau, dia sangat mencintaimu, apa kau juga tahu kepergianku yang mendadak 8
tahun yang lalu. Itu karena aku ingin
dia bahagia. She is my first love. Tapi, apa yang kau lakukan meninggalkannya
dengan keadaan sedemikian rupa, dia sangat ringkih kau sentuh sedikit saja ia
akan patah. Kau sungguh tak pantas dicintai Ilham."
"Aku
tahu aku salah, beri aku kesempatan untuk memperbaiki semuanya."
"Semoga
kau memiliki waktu untuk memperbaikinya. Semoga." ucapnya meninggalkan
Ilham sendiri
Badannya bergetar hebat. Mesin mesin itu
berbunyi memperiuh suasana, orang orang berbaju putih panik memasuki ruangan
itu, dia butuh donor segera. Ucap salah satu orang diantara mereka
Dokter Victoria memberi tahu keadaanya.
Keyna, Ilham dan Abra bingung tak tahu harus berbuat apa. Donor ginjal di rumah
sakit itu untuk golongan AB sedang kosong. Jika harus menunggu orangtua Anna
datang itu membutuhkan waktu lama, karena cuaca di luar begitu tak mendukung.
Dalam 24 jam, pasien harus mendapat donor, karena kedua ginjalnya tidak bisa
dipakai lagi. Abra tidak bisa berpikir lagi,
ia berpesan pada Ilham untuk menjaga Anna. Abra berlari menuju Ruang Dr.
Victoria.
"Victoria,
aku ingin menyumbangkan ginjalku untuknya."
"Apa
maksudmu Abra, kau ingin membunuh dirimu sendiri?"
"Kau
kenal diriku sejak lama Victoria, aku menyayanginya. Lebih dari diriku sendiri.
"
"Apa
kau ingin menebus kesalahanmu 3 tahun lalu, Abra. "
***
New York sedang dilanda musim salju.
Pohon Cemara berhiaskan lampu terpajang disetiap rumah, menandakan sedang ada
sebuah peringatan, Peringatan Natal. Toko -toko mainan dikerubungi anak-anak
dari berbagai umur sebagai hadiah Natal. Suasana NYU Langone Medical Center
dipenuhi keluarga pasien yang sedang merayakan natal. Di sisi lain, Musim panas
Florida membuat siapapun yang ada disana merasa nyaman. Tak ada seorangpun yang
ingin beranjak dari liburan musim panas di sana. Tak ada firasat apapun tentang
hilanganya kehidupan yang akan segera sirna.
"Dad,
aku tidak terlalu suka berlibur ke Florida. Di sini tidak ada pohon natal,
hanya ada pantai dan pohon kelapa." ucap seorang remaja laki-laki sambil
sedikit cemberut.
"Apa
salahnya jika kita berlibur ke Florida sekali-kali. Toh ini tugas pengamatan
dari universitasmu juga kan." jawab ayahnya sekenanya.
"Tapi
Dad, gak harus waktu natal juga kan, adik dan mommy juga gak ikut."
tambahnya lagi
"Mommy
dan adikmu kan sedang di rumah Oma. Masa iya Omamu mau ditinggal sendirian di
rumah saat sakit begitu."
"Tapi
Dad."
"Nikmati
liburanmu Abra, ini hanya 2 pekan." hibur ayahnya lagi
Gadis itu memelas ketika melihat bangsal
ibunya didorong kearah UGD, ia menangis terisak karena separuh hidupnya harus
terbaring lemas di dalam UGD . Ia bingung apa yang harus ia lakukan. Ia mencoba
menghubungi seseorang, tapi tak
tersambung. Keluarganya sedang tidak bersamanya, siapa yang bisa membantunya
sekarang. Seorang dokter keluar dari UGD dengan mimik wajah serius. Ya tuhan,
beri mommy waktu lebih lama lagi, Do'anya dalam hati.
"Dia
butuh donor ginjal segera, di rumah sakit ini ginjal yang cocok dengan Ny.
Dimitri sedang kosong." jawabnya
"La
...lantas apa yang harus dilakukan Dok? "
"Panggil
keluargamu nona, dia hanya punya waktu 12 jam. Keadaannya sangat kritis, jika
kita terlambat sedikit mungkin nyawanya tidak terselamatkan." jelas dokter
itu
Gadis itu mencoba menghubungi
berkali-kali, tapi
teleponnya tetap tidak tersambung. Ia putus asa karena golongan darahnya dan
sang ibu tak sama. Gema mesin memekikkan telinga. Sebuah garis lurus muncul di
monitor di sebelah bangsal. Devibilator telah ditaruh di dadanya berulang kali.
Tapi nihil, tak ada reaksi yang terjadi. Jantung dan nadinya berhenti berdetak,
tak ada tanda kehidupan di sana. Hanya sebuah raga kosong dengan alat-alat
medis yang menempel lengkap diseluruh badannya. Dokter itu menggelengkan
kepalanya, gadis itu melihat dari celah jendela ketika Dokterpun menyerah.
Tangisannya pecah, semuanya sirna, tujuan hidupnya hilang.
"Maafkan
kami nona, tapi kami tidak bisa menyelamatkan Ny. Dimitri. Tuhan lebih
menyayanginya." kata dokter itu lalu pergi
Seperti tersambar petir disiang hari,
dia hancur berkeping-keping. Semuanya sudah terlambat, keluarganya tidak ada
yang bisa dihubungi. Impian Indah yang ia rancang bersama keluarga kecilnya
menghilang dan pudar. Ia berlari keluar rumah sakit secepat mungkin menuju
sebuah jalan layang, berada di pinggiran jalan berteriak sekeras mungkin.
"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaa.
" ucapnya meringankan beban fikirannya.
Melepas semua masalah dan beban pikiran
yang ada dibenaknya. Ia berlari kembali menuju gereja. Berdo'a dan memohon agar
ibunya bisa kembali ke dalam kehidupannya. Handphone nya bergetar, pertanda ada
telepon masuk
"Halo,
ada masalah apa hingga kau menghubungi ratusan kali ? Hmm, apa kau merindukanku ? Aku baru 3 hari
di sini. Pekan depan aku pasti pulang, apapun yang kamu minta, pasti akan
kubelikan untukmu. " ucap seseorang di sebrang sana
Anna tahu siapa yang menelphonenya,
suara itu begitu familiar hingga membuatnya menangis dan tak bisa berkata-kata
lagi. Dia tak sanggup bicara tentang kematian ibunya di telphone. Dia harus
memberitahunya langsung.
"Pulanglah
hari ini kakak. Aku menunggumu besok pagi di NYU Langone Medical Center New
York, di ruang ICU, aku akan memberitahukan semuanya padamu besok. Pulanglah
cepat kak." ucap gadis itu mengakhiri pembicaraan
Kakak gadis itu bingung, apa yang
terjadi dan siapa. Aku harus segera pulang ke New York, Batinnya. Keesokan harinya, ia sampai di New
York pukul 7 pagi. Ia langsung menuju rumah sakit dan pergi ke arah ICU. Ia
membuka pintu dan melihat adiknya menangisi seseorang yang terbaring lemah di
ranjangnya. Ia mendekatinya selangkah demi selangkah . Bagai tersambar petir,
hatinya kaku pikirannya kacau. Ia melihat ibunya terbujur kaku meninggalkan
seulas senyum diwajahnya sebagai tanda perpisahan.
"Mommy,
udah gak ada kak. Mommy gak ada, aku bodoh ya gak bisa jagain mommy barang
sebentar. Aku gak berguna kak, gak bisa donorin ginjal aku buat mommy. Aku gak
bisa diandelin kak." ucap gadis itu mulai meracau
"Kakak
yang salah Key, kakak yang selalu gak bisa dihubungi. Kalau sekali saja aku
mengangkat telephone darimu pasti mommy masih bisa tertawa bareng sama kita.
Memang semua ini aku yang salah, aku gak peka sama firasat aku sendiri . Aku
gak pantas jadi dokter. Gak pantas." ucap kakak gadis itu menyalahkan diri
sendiri.
"Abra
Keyna, kalian berdua tidak bersalah.Tak ada yang bersalah dalam masalah ini,
Tuhan lebih menyayangi Mommy sayang. Tak sepantasnya kalian mengeluh seperti
itu." ujar Tn. Dimitri menengahi
Sebagai
seorang ayah, ia mempunyai tugas tambahan yaitu menjadi ibu bagi anak-anaknya.
Menjadi seorang pendukung bagi Putra putrinya. Menjadi tauladan, menjadi
pedoman, dan menjadi pembimbing bagi
anak nya.
***
Lampu itu masih Setia dengan warna
merahnya. Lampu itu enggan untuk meredupkan bahkan mematikan cahayanya. Membuat
orang yang menunggu di luar ruangan itu diliputi rasa cemas dan khawatir. Isak
tangis membuat suasana disana menjadi sangat mencekam. Kedua saudara mereka
sedang memperjuangkan nyawa. Lampu itu tiba-tiba padam, dokter Victoria keluar
ruangan operasi dengan masih menggunakan pakaian operasi, lengkap dengan lateks
yang masih menempel di kedua tangannya.
"Nona
Anna selamat, ia akan segera siuman. Tapi, Dr. Abra belum melewati masa
kritisnya. Kita akan segera memindahkan nona Anna ke ruang rawat dan Dr. Abra
akan segera dipindahkan ke ICU." ujar Dr Victoria
Mata pria itu seolah berterima kasih
pada Nya. Karena telah menyelamatkan gadisnya dari masa-masa sulit. Pria itu
bersyukur diatas kursi roda yang didudukinya. Meminta kepada Allah agar
semuanya bisa kembali normal, seperti sebelumnya. Di sebelah nya ada sang kakek
yang dengan senang hati menemani cucu tunggalnya serta kedua orang tua Anna
yang sedang menangis di kursi tunggu rumah sakit.
Tangannya mulai bergerak pertanda dia
sudah kembali pulih, pria itu menggenggam tangan gadis itu lekat. Mata gadis
itu perlahan lahan mulai terbuka melawan sinar yang masuk melalui celah
matanya. Semuanya serba putih, ruangan
apa ini batinnya. Semua yang ada di sana berdiri dan mendekati tempat tidur
pasien.
"Kau
sudah sadar?" tanya seorang pria muda pada gadis itu
"Il...ham.
kau?"
"Assalamualaikum
Anna. Lama tak berjumpa denganmu , bagaimana kabarmu ukhti." tanya Ilham
Anna
tertegun tak percaya, melihat Ilham duduk disebuah kursi roda di samping tempat
tidurnya. Ayah dan Ibunya serta Kakek Ilham dan Keyna juga ada di sana, berdiri
tepat di belakang Ilham.
"Bagaimana
kau bisa ada di sini? Dan apa yang
terjadi padamu?" tanya Anna
"Aku
ada di sini karena Allah, takdir yang membawaku kesini. Allah menakdirkanku
bukan dengan Allena, tapi denganmu Anna." jelas Ilham
"Apa
maksudmu Ilham? "
"Saat
hari pernikahanku dengan Allena, sebelum aku membaca ijab kabul. Allena
mengatakan dengan terang-terangan bahwa dia memiliki tambatan hati. Saat itu,
aku sangat malu karena tidak bisa melakukan hal seperti itu. Aku tidak bisa
berterus terang, aku terlalu pengecut Anna. Andai, aku dulu mengenalkanmu pada
kakekku, berterus terang padanya. Maka hal ini tidak akan terjadi, aku tidak
akan berpisah denganmu, aku tidak akan menyakitimu sedalam ini Anna. Maafkan
aku." ucap Ilham menundukkan kepala.
Ilham tak berani menatap mata gadis yang
dicintainya itu, Ia kecewa pada dirinya
sendiri yang begitu pengecut dan tak berfikir panjang dengan dampak-dampak yang
terjadi nanti. Semua itu sudah terjadi, nasi sudah menjadi bubur. Anna yang
mendengar ucapan Ilham barusan menitikkan airmata . Orang tua Anna, kakek Ilham
dan Keyna keluar ruangan, memberi kesempatan pada mereka agar menyelesaikan
masalahnya. Tapi, keluarga mereka berdua tetap membiarkan pintu kamar terbuka
agar tidak terjadi salah paham atau hal hal yang tidak diinginkan.
"Bagaimana
kau bisa seperti ini? " tanya Anna lagi
"Saat
pernikahanku baru saja dibatalkan, aku langsung menuju ke rumahmu. Menanyakan
pada Ibumu. Tapi semua keluarga mu tak memberitahuku dimana keberadaanmu.
Setelah dari
rumahmu, aku menuju ke danau Everdille bertanya pada sepasang angsa putih yang
sering kita lihat dulu. Aku seperti orang gila yang patah arah, aku tidak punya
tujuan hidup. Aku tidak bisa makan dan minum karena lidahku pahit benakku
selalu terisi oleh kenangan kenangan manis kita berdua. Hingga aku dirawat di
sebuah rumah sakit, aku hanya bisa tertidur lemas, berdo'a pada Allah. Aku bisa merasakan Anna,
apa yang kau rasakan dulu. Saat
tiba-tiba aku meninggalkanmu, setelah perjuangan dan penantian yang kau lakukan
untukku. Aku minta maaf Anna, aku janji tidak akan mengulangi kesalahan yang
sama." jelas Ilham dengan nada parau dan keputus asaan .
"Apa
yang kau katakan Ilham? Aku tak pernah menyalahkanmu atas kesalahan yang
terjadi. Semua ini adalah kehendak Allah Ilham, aku sadar apa yang kita lakukan
dulu adalah perbuatan maksiat yang tidak disukai oleh Allah. Kita bergandengan
tangan, belpelukan, berduaan di Danau Everdille
padahal kita belum mukhrim. Tidak sepatutnya kita melakukan hal itu dan
banyak lagi kesalahan kesalahan yang tidak kita sadari dulu. Aku dapat sebuah
kesempatan baru Ilham, aku semakin dekat dengan Allah. Dan satu lagi Ilham, jika
kita memang tidak berjodoh, jika kita tidak ditakdirkan hidup bersama aku
ikhlas. Karena aku mencintaimu karena Allah, tanpa restu Nya kita tidak bisa
berbuat apa- apa ." jelas Anna panjang lebar
"Aku
bersyukur atas perubahan-perubahan yang kau alami. Kau yang membuatku bertahan,
aku mencintaimu karena Allah Anna."
"Ilham,
kau tahu kenapa aku bisa dirawat di sini?
Dan lagi perutku sedikit nyeri. Apa yang sedang terjadi?"
"Kedua
ginjalmu sudah tidak berfungsi Anna, Saat kau sedang sangat membutuhkan donor
ginjal, orang tuamu belum datang cuaca diluar sangat tidak mendukung untuk ada
penerbangan. Dan lagi golongan darahmu dan aku tidak sama, jadi aku tidak bisa
mendonorkan ginjalku untukmu. Maafkan aku, karena aku tidak bisa
diandalkan."
"Lantas
siapa yang mendonorkan ginjalnya padaku ?" tanya Anna lagi
"Abra,
dia yang mendonorkan ginjalnya padamu. Saat kau tak sadarkan diri, Abra
mengajakku ke Masjid, ia ingin masuk Islam Anna. Dan saat kita kembali dari
masjid, Kau membutuhkan donor ginjal secepatnya. Jika tidak ada donor selama 24
jam, mungkin kau tidak bisa menghirup oksigen sekarang. Allah memberikanmu
kesempatan kedua Anna."
Anna tertegun, mencoba mencerna kata
perkata apa yang diucapkan Ilham. Memahami arti dari keikhlasan seseorang
padanya. Apa dia mulai mencintainya? Mencintai orang yang berjasa pada
kehidupannya, Pikirnya dalam hati.
"Bisakah
aku bertemu dengan Abra kumohon ."
"Bisa
Anna, tapi bukan sekarang kondisimu belum pulih benar. Tidurlah, jika kondisimu
sudah membaik aku akan membawamu ke tempat Abra. Jangan khawatirkan dia, dia
baik-baik saja. Dokter terbaik di sini selalu ada untuk memantau kondisinya.
Jadi jangan kau khawatirkan dia."
"Tapi,
itu terlalu lama."
"Tidak
ada penolakan Anna."
Ilham pergi meninggalkan ruangan Anna,
menutup pintu secara perlahan agar Anna tidak merasa terganggu. Keyna sudah
mengajak orang tua Anna untuk pergi ke apartemen mereka, begitupun dengan kakek
Ilham setelah cucunya keluar dari ruang inap Anna, mereka pergi ke Murray Hill
East Suites hotel untuk beristirahat.
Anna tidak bisa memejamkan matanya,
memori Indah yang ia lewati bersama Abra muncul dibenaknya, memberikan perasaan
hangat walau hanya memikirkannya saja. Semoga kau baik-baik saja Abra, doanya
sebelum tidur.
***
Ketika nafasku tak lagi berhembus, ketika
jantungku berhenti berdetak, ketika nadiku berhenti berdenyut hidupku tak lagi
bersamaku. Ragaku hampa tanpa nyawaku, mungkin ini saatnya aku pergi, menghadap
Allah SWT. Meninggalkan rasa sakit yang teramat sangat pada perutku. Selamat
tinggal semua.
Ilham pergi mendorong Anna yang sedang
duduk dikursi roda menuju ruangan ICU tempat Abra dirawat. Memendam rasa rindu
selama tiga hari, agar kondisinya benar benar pulih. Tapi nihil, ia belum
begitu kuat untuk berjalan. Sesampai di depan ruang ICU, jantungnya berdegub
kencang. Ia membuka pintu perlahan , terlihat seorang pria tampan terbaring
lemah disebuah bangsal dengan alat - alat penopang hidup yang terlekat padanya.
Tapi saat Anna mencoba mendekati bangsal itu, seketika mesin itu berbunyi,
badan Abra mulai bereaksi. Entah apa yang terjadi padanya, membuat hati Anna
sakit, ini semua karenaku batinnya.
Ilham berlari memanggil dokter Victoria
untuk memeriksa keadaan Abra. Ilham dan Anna keluar dari ICU pergi ke sebuah
masjid yang ada di sana. Berdo'a pada Allah SWT agar sahabat mereka selamat.
Tak henti hentinya doa mereka lantunkan, berharap secercah harapan agar ada
keajaiban.
Di ICU dokter Victoria sebagai Dokter
Specialist Organ Dalam dan sahabat karib Abra berharap dan berusaha yang
terbaik. Mengerahkan segala ilmu dan upaya yang ia miliki. Berharap agar Tuhan
mampu menyembuhkan penyakitnya dan membuat Abra bertahan.
Monitor pada tubuh Abra menggambarkan sebuah garis lurus, pertanda
dirinya tidak bisa bertahan. Berulang kali alat pacu jantung di degubkan ke
dadanya, tapi nihil tak ada perubahan ataupun pergerakan pada Abra. Dokter
Victoria dan ahli medis lainnya menyerah, mungkin ini sudah suratan takdir dari
sang kuasa. Semua peralatan di lepas dari tubuh Abra, menyisahkan sebuah raga
tanpa nyawa yang terbaring menunggu untuk dishalatkan dan dimakamkan. Anna
kembali dari masjid, menuju ruangan ICU ditemani Ilham yang selalu
dibelakangnya, dengan Setia mendorong Anna kemanapun Anna inginkan selama Anna
belum pulih. Anna tertegun seketika ketika Abra terbujur kaku tanpa alat .
Hening, ruangan itu terasa mati kehilangan sebuah nyawa di dalamnya. Bulir
airmata keluar dari sudut mata Anna, terngiang kebersamaan yang ia lalui
bersama Abra. Anna mendekatinya.
"Assalamualaikum
Abra, selamat kita menjadi saudara seiman sekarang. Kita bisa membaca Al Qur'an
bersama, aku akan mengajarimu sholat. Jadi kau harus bangun, jika tidak
bagaimana kau bisa belajar. Kau sudah cukup istirahat Abra, bangunlah disini
aku Keyna dan yang lain menunggumu disini. Kumohon bangunlah, Keyna masih
membutuhkan Kasih sayangmu Abra kumohon.." ucapnya disela tangisannya
Anna menangis sejadi-jadinya meronta
untuk meminta Abra bangun, Keyna dan Keluarga Anna hanya bisa diam dan menangis
diujung ruangan termasuk Dr. victoria yang menjadi sandaran Keyna. Tapi, apa
yang bisa dikata Abra telah tiada meninggalkan sebuah goresan nama diatas nisan
putih yang akan segera terukir sebentar lagi
"Ketika
kau mempertaruhkan nyawamu saat ingin menolongku, apa kau tidak berpikir hal
ini akan terjadi? Saat kau dengan sengaja memberikan sebuah kehidupan pada
oranglain apa kau tidak memikirkan dirimu sendiri?" tanya Anna
bertubi-tubi pada Abra
"Dia
mencintaimu Anna. " ucap Dr. Victoria
"Maaf
dokter aku tidak percaya pada orang lain, aku ingin dia secara langsung
mengatakan hal ini padaku. Aku tak bisa hidup tanpanya dokter, dia yang
mengeluarkanku
dari masa-masa sulit." jelas Anna lagi
"Kau
tega, membiarkan gadis yang kau cintai menangis seperti ini, dimana janjimu
dulu yang ingin selalu membahagiakanku? Dimana
baba? Aku belum sempat mengucapkan jika aku mencintaimu. Kau terlalu pengecut, tidak mau mengatakan
apapun sebelumnya. Kau tega Abra, sangat tega." sambung Anna lagi
Orang tua Anna mencoba menjauhkan Anna
dari tempat Abra, memberikan waktu agar Abra segera dimandikan dan dibawa
pulang ketanah air. Anna dan keluarganya termasuk Keyna pergi dari ruang ICU
menuju ke ruang tunggu rumah sakit dengan masih terisak. Dokter dan perawat
mulai berlarian menuju ruang ICU tempat Abra dirawat. Apa yang terjadi ya
Allah, batin Anna.
"Ada
apa dokter Victoria? "Tanya Anna
"Ada
keajaiban Anna, tubuh Abra bergetar tangannya bergerak jantungnya kembali
berdetak. Ia masih hidup Anna, dia mempunyai kesempatan kedua. "
"Alhamdulillah,
terima Kasih ya allah, kau telah menyelamatkan nyawanya. Memberinya satu
kesempatan lagi. Apa bisa saya melihatnya dokter? "
"Tentu
Anna, tapi tidak sekarang. Aku akan memeriksanya sekali lagi lalu perawat akan
memindahkannya ke ruang rawat. Kau bisa melihatnya disana."
"Terimakasih
dokter. "
Anna tak tahu harus berbuat apa. Ia
sangat bahagia atas apa yang terjadi atas keaadaan Abra. Sebuah keajaiban jika
dia bisa bernafas lagi, Terima Kasih ya Allah, batinnya.
***
Sepasang insan memasuki altar pernikahan
mengenakan gaun putih Indah bertahtakan berlian dan mutiara. Altar pernikahan
berlatar belakang danau Indah dengan sepasang angsa putih di tengahnya, membuat
nuansa pernikahan menjadi lebih romantis. Pertunjukan saman menambah suasana
Islam diperhelatan itu, sebuah pernikahan yang mengusung tema Islam dizaman
modern membuat siapapun yang datang kesana akan merasa takjub dan terbawa
suasana.
Pengantin pria mengucapkan ijab dengan
satu tarikan nafas membuat orang disekitarnya menjadi lebih terpukau,
menandakan kemantapan sang calon Imam untuk calon istrinya, Cinta sejati
beraroma keyakinan kuat untuk menghalalkannya, melindunginya sampai mati,
menyayanginya apapun keadaannya. Berjanji untuk tidak meninggalkannya, dan
bersama bersama membangun jalan menuju ke surga. Pengantin wanita tersenyum penuh
makna, kebahagiaan, kepedihan, perjuangan, penantian, pengorbanan yang
dilaluinya berbuah manis. Senyuman yang ia berikan bersama ucapan selamat
menjadi sebuah kenangan tersendiri dari sahabat mereka yang akan pergi ke
Dubai. Aku pasti akan merindukan kalian, semoga Allah selalu meridhoi hidup
kita, ucapnya diakhir pertemuan.
Pertemuan itu menjadi akhir dari kenangan Indah mereka, suatu kenangan yang tak
akan terganti dan terlupakan.
Kecelakaan menuju Dubai hari itu,
membuat sahabat mereka meregang nyawanya. Meninggalkan sebuah raga tanpa nyawa,
kehidupan yang ia impikan bersama sahabat perempuannya sirna sudah. Mereka
berdua, sepasang suami istri yang baru menikah 3 hari yang lalu mengunjungi
sebuah tempat. Menyusuri jalanan setapak berbatu ditengah nisan nisan
berpenghuni. Memilih sebuah nisan dengan tanah yang masih basah untuk
diziarahi. Dengan nama seorang sahabat mereka yang terukir nyata disana.
"Assalamualaikum
sahabat. Apa kabarmu disana?" ucap seorang perempuan mengenakan jilbab dan
gamis panjang
"Semoga
kau baik-baik saja karena Allah selalu ada untukmu sahabat." sambungnya
lagi
Bulir airmata mulai membasahi pipinya,
mengingat bahwa persahabatan mereka
telah terjalin sangat lama. Ia menabur bunga dimakam sahabatnya, menabur bunga
sekaligus menabur do'a sebagai tanda kerinduan. Selamat jalan Ilham, semoga kau
bahagia disisi Allah, terimakasih untuk kenangan Indah kita, ucapnya diakhir
doa
Perempuan bernama Anna itu menangis
dipelukan suaminya Abra, sejak pernikahan mereka di danau Everdille 3 hari yang
lalu. Senyuman terakhir Ilham dan ucapan perpisahan masih tergambar jelas
dibenak kedua insan ini. Kecelakaan pesawat itu adalah takdir dari sang
kuasa,sang maha pencipta seluruh alam beserta isinya.
Mengubur kenyataan yang ada, kini telah
menghilang salah satu pelengkap kisah
cerita, salah satu dari mereka bertiga. Entah bagaimana perasaan seperti apa
yang menghiasi sudut dalam dihati mereka
berdua. Takdir tak akan bisa di tolak, dihilangkan, bak membiaskan
cahaya dalam air. Selamat jalan Kenangan
yang membuat hati ini berwarna.
***
coba buka wb ini.. dijamin seru
<div id="kelaskita-quiz-552b856fd446dc29081275c9"
coba buka wb ini.. dijamin seru
<div id="kelaskita-quiz-552b856fd446dc29081275c9"
http://taipannnewsss.blogspot.co.id/2018/04/5-tipe-orang-yang-paling-mudah-tergoda.html
BalasHapusQQTAIPAN .ORG | QQTAIPAN .NET | TAIPANQQ .VEGAS |
-KARTU BOLEH BANDING, SERVICE JANGAN TANDING !-
Jangan Menunda Kemenangan Bermain Anda ! Segera Daftarkan User ID nya & Mainkan Kartu Bagusnya.
Dengan minimal Deposit hanya Rp 20.000,-
1 user ID sudah bisa bermain 8 Permainan.
• BandarQ
• AduQ
• Capsa
• Domino99
• Poker
• Bandarpoker.
• Sakong
• Bandar66
Kami juga akan memudahkan anda untuk pembuatan ID dengan registrasi secara gratis.
Untuk proses DEPO & WITHDRAW langsung ditangani oleh
customer service kami yang profesional dan ramah.
NO SYSTEM ROBOT!!! 100 % PLAYER Vs PLAYER
Anda Juga Dapat Memainkannya Via Android / IPhone / IPad
Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami-Online 24jam !!
• WA: +62 813 8217 0873
• BB : D60E4A61
• BB : 2B3D83BE
Come & Join Us!